Minggu, 01 Juli 2012

Rhipicephalus

Rhipicephalus sanguineus 
Merupakan jenis caplak yang menyerang anjing di indonesia. Caplak sering disamakn dengan kutu, sebenarnya membedakan caplak dengan kutu atau pun pinjal dapat dilihat dari ukurannya. caplak memiliki ukuran yang lebih besar daripada kutu / pinjal.  Rhipicephalus sanguineus ini mempunyai palpus pendek dan sebuah basis kapituli yang berbentuk segienam di sebelah dorsal. Caplak muda  memiliki tiga pasang kaki, sedangkan caplak dewasa memiliki 4 pasang kaki. 

Siklus Hidup
Caplak memiliki 4 tahapan siklus hidup yaitu telur, larva, nimpha dan dewasa. Daur hidupnya diawali dari bentuk telur yang diletakkan induknya di tanah. Caplak dewasa setelah kawin akan menghisap darah sampai kenyang, lalu jatuh ke tanah dan disinilah akan bertelur. Larva yang baru menetas segera akan mencari inangnya dengan pertolongan benda-benda sekitarnya serta bantuan olfaktoriusnya. Setelah mendapatkan inangnya, ia akan menghisap darah inang darah hingga kenyang (enggorged) lalu akan jatuh ke tanah atau tetap tinggal pada tubuh inang tersebut dan segera menyilih (molting) menjadi nimfa. Nimfa menghisap darah kembali, setelah kenyang akan jatuh ke tanah dan molting menjadi capak dewasa.

Satu siklus daur hidup berkisar antara 6 minggu sampai tiga tahun(dalam keadaan tertentu). Yang dewasa dapat bertelur sekitar 100-5.000 butir/caplak. Caplak sangat tahan terhadap perubahan fisik misalnya terendam air, kekeringan atau ketidakadaan makanan dalam waktu berbulan-bulan.  

Patogenesa
Caplak dapat menularkan penyakit melalui dua cara yaitu secara transtadial dan tranovarial. Secara transtadial artinya setiap stadium caplak baik larva, nimfa maupun dewasa mampu menjadi penular patogen, sedangkan secara transovarial artinya caplak dewasa betina yang terinfeksi patogen akan dapat menularkannya pada generasi berikutnya melalui sel-sel telur.

Gejala Klinis  
  • Dermatosis
Infestasi caplak dapat mengakibatkan kerusakan kulit atau dermatosis sehingga menurunkan kualitas kulit. Infestasi caplak juga menghilangkan rambut penutup dan menimbulkan suatu jaringan nekrotik pada kulit. 
  • Iritasi 
       Tusukan kelisera menyebabkan iritasi dan kegelisahan sehingga aktivitas dan waktu istirahat inang akan berkurang. Tusukan kelisera akan memperbesar faktor “stress” yaitu banyak energi yang terbuang, sehingga akan menurunkan efisiensi makanan dan sekaligus menghambat laju pertumbuhan badan dan daya produksi.
Pegendalian
Pengendalian secara kimia dengan cara penggunaan akarisida, antara lain spraying (penyemprotan), dipping (perendaman), pour on (penuangan), jetting (penyemprotan dengan tekana tinggi), atau dengan backrubber (penggosok punggung). Cara penggunaan akarisida untuk pengendalian caplak berbeda pada setiap negara, misalnya di Australia cara jetting sepanjang punggung dan daerah bahu merupakan cara yang dinilai lebih efektif dibandingkan penyemprotan biasa. Di Selandia Baru dan Inggris digunakan cara dipping, sedangkan di Amerika Serikat, Australia dan Afrika cara dipping dan spraying digunakan untuk pengawasan sebagian infestasi caplak. Jadi penggunaan akarisida tergantung dari caplak berumah satu atau lebih.  


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar