Rhipicephalus sanguineus
Merupakan jenis caplak yang menyerang anjing di indonesia. Caplak sering disamakn dengan kutu, sebenarnya membedakan caplak dengan kutu atau pun pinjal dapat dilihat dari ukurannya. caplak memiliki ukuran yang lebih besar daripada kutu / pinjal.
Rhipicephalus sanguineus ini mempunyai palpus pendek dan sebuah basis kapituli yang berbentuk segienam
di sebelah dorsal. Caplak muda memiliki tiga pasang kaki, sedangkan caplak dewasa memiliki 4 pasang kaki.
Siklus Hidup
Caplak memiliki 4 tahapan siklus hidup yaitu telur, larva, nimpha dan dewasa. Daur hidupnya diawali dari bentuk telur yang
diletakkan induknya di tanah. Caplak dewasa setelah kawin akan menghisap darah
sampai kenyang, lalu jatuh ke tanah dan disinilah akan bertelur. Larva yang
baru menetas segera akan mencari inangnya dengan pertolongan benda-benda
sekitarnya serta bantuan olfaktoriusnya. Setelah mendapatkan inangnya, ia akan
menghisap darah inang darah hingga kenyang (enggorged) lalu akan jatuh ke tanah
atau tetap tinggal pada tubuh inang tersebut dan segera menyilih (molting)
menjadi nimfa. Nimfa menghisap darah kembali, setelah kenyang akan jatuh ke tanah
dan molting menjadi capak dewasa.
Satu siklus daur hidup
berkisar antara 6 minggu sampai tiga tahun(dalam keadaan tertentu). Yang dewasa dapat bertelur sekitar
100-5.000 butir/caplak. Caplak sangat tahan terhadap perubahan fisik misalnya
terendam air, kekeringan atau ketidakadaan makanan dalam waktu berbulan-bulan.
Patogenesa
Caplak dapat menularkan penyakit melalui dua cara yaitu secara transtadial dan tranovarial. Secara transtadial artinya setiap stadium caplak baik larva, nimfa maupun dewasa mampu menjadi penular patogen, sedangkan secara transovarial artinya caplak dewasa betina yang terinfeksi patogen akan dapat menularkannya pada generasi berikutnya melalui sel-sel telur.
Caplak dapat menularkan penyakit melalui dua cara yaitu secara transtadial dan tranovarial. Secara transtadial artinya setiap stadium caplak baik larva, nimfa maupun dewasa mampu menjadi penular patogen, sedangkan secara transovarial artinya caplak dewasa betina yang terinfeksi patogen akan dapat menularkannya pada generasi berikutnya melalui sel-sel telur.
Gejala Klinis
- Dermatosis
Infestasi caplak dapat mengakibatkan
kerusakan kulit atau dermatosis sehingga menurunkan kualitas kulit. Infestasi
caplak juga menghilangkan rambut penutup dan menimbulkan suatu jaringan
nekrotik pada kulit.
- Iritasi
Tusukan kelisera
menyebabkan iritasi dan kegelisahan sehingga aktivitas dan waktu istirahat
inang akan berkurang. Tusukan kelisera akan memperbesar faktor “stress” yaitu
banyak energi yang terbuang, sehingga akan menurunkan efisiensi makanan dan
sekaligus menghambat laju pertumbuhan badan dan daya produksi.
Pegendalian
Pengendalian secara kimia dengan cara penggunaan
akarisida, antara lain spraying (penyemprotan), dipping (perendaman), pour on
(penuangan), jetting (penyemprotan dengan tekana tinggi), atau dengan
backrubber (penggosok punggung). Cara penggunaan akarisida untuk pengendalian
caplak berbeda pada setiap negara, misalnya di Australia cara jetting sepanjang
punggung dan daerah bahu merupakan cara yang dinilai lebih efektif dibandingkan
penyemprotan biasa. Di Selandia Baru dan Inggris digunakan cara dipping,
sedangkan di Amerika Serikat, Australia dan Afrika cara dipping dan spraying
digunakan untuk pengawasan sebagian infestasi caplak. Jadi penggunaan akarisida tergantung dari caplak berumah satu atau lebih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar